Central Bank Digital Currencies (CBDCs): Kemana langkah selanjutnya?
Apa yang akan muncul selanjutnya dalam CBDCs dan inovasi digital
Poh Hou Sheng, Strategi dan Asosiasi Bisnis di Tokenomy mengeksplorasi kemungkinan arah yang dapat diambil CBDC untuk menekan penerapan yang cermat guna mencegah adanya konsekuensi yang tidak diinginkan.
Bank sentral memiliki peran penting dalam perekonomian dalam bentuk kebijakan moneter. Sementara opini mulai bermunculan sampai kepada pertanyaan bank sentral mana yang akan mempengaruhi pasar, pengendalian kebijakan menjadi semakin sulit seiring makin kompleksnya pasar finansial. Para akademisi memperingatkan bahwa permintaan kredit dan finansialisasi resiko telah sangat bermanfaat terhadap masyarakat dan banyak bisnis, dan bank komersial menjadi terlalu besar untuk jatuh [1][2]. Banyak bank sentral yang juga ikut prihatin terhadap ketidakpastian dari US, terutama ketika dollar “digunakan untuk menentukan harga setengah dari faktur perdagangan dan dua pertiga dari penerbitan sekuritas global [3]”. Bersamaan dengan munculnya shadow bank dan finansial teknologi (FinTech), bank sentral mungkin tidak dapat mengandalkan kebijakan yang sudah ada saat ini untuk menghadapi tantangan-tantangan baru.
Baru-baru ini, teknologi telah menawarkan sudut pandang baru dalam diskusi seputar keuangan dan kebijakan moneter. Sementara asset digital seperti Bitcoin dapat dikatakan sebagai uang alternative yang terlepas dari kendali bank sentral, teknologi blockchain yang mendasarinya menawarkan kemungkinan lain: bahwa bank sentral dapat membuat mata uang digital mereka sendiri. Telah ada peningkatan minat terhadap kemungkinan adanya Central Bank Digital Currencies (CBDCs) dalam kebijakan, dengan gubernur Bank of England, Mark Carney menyarankan bahwa “mata uang digital yang dikelola oleh negara dapat berfungsi sebagai penyeimbang dolar [3]”.
Keadaan CBDCs saat ini
Studi terbaru dari Bank of International Settlements [4], menyimpulkan bahwa dari 63 bank sentral yang telah di survei, 70% nya telah mempelajari mengenai CBDCs, meskipun sebagian besar masih berada pada tahap konseptual. Sebagaian besar bank sentral merasa bahwa mereka tidak mungkin meluncurkan CBDCs dalam jangka waktu yang pendek, lebih besar kemungkinannya dalam jangka menengah-panjang .
Daftar bank sentral yang berkomentar mengenai CBDCs baru-baru ini ditunjukan dalam Tabel 1. Beberapa bank sentral telah mulai melakukan uji coba terhadap CBDCs, dengan BCE Dinero Electronico, BCU e-Peso, dan Riksbank e-Krona yang menjadi proyek terkemuka[1] [5]. People’s Bank of China (PBoC) tampaknya menjadi yang tercepat dalam meluncurkan CBDCs, dengan mengklaim bahwa mata uang digital mereka akan dikeluarkan untuk tujuh institusi dalam beberapa bulan kedepan [6].
Kemungkinan Arah CBDCs ke Depan
Bank sentral mempertimbangkan bahwa CBDC memiliki banyak opsi pada struktur dan implementasi. Salah satu usulan solusi ialah bank sentral menawarkan rekening deposito secara langsung ke publik, dan juga mengeluarkan token digital (mirip dengan aset digital yang ada sekarang ini) yang dapat disimpan di dalam dompet digital. Bank sentral mengambil peran sebagai bank komersial, masyarakat diperbolehkan untuk bertransaksi dan memegang kewajiban bank sentral [1][7].
Jika dengan mengambil peran sebagai bank komersial dirasa akan memberikan beban yang terlalu signifikan terhadap bank sentral, mereka juga dapat memilih untuk menyediakan rekening cadangan kepada semua lembaga keuangan, yang memungkinkan mereka untuk meng-klaim dan melakukan transaksi menggunakan CBDCs [8]. Sebagai timbal baliknya, Lembaga keuangan akan menangani operasional pelayanan pelanggan seperti KYC dan manajemen data. Konsep ini bukan hal yang baru, China mengharuskan penyedia pembayaran mereka (seperti WeChat Pay) untuk menyimpan dana pelanggan mereka dengan bank sentral. Di masa depan, layanan ini dapat dikembangkan menjadi stablecoin — cryptocurrency yang nilai nya menyesuaikan mata uang fiat yang ada.
Kemungkinan ketiga yang disarankan adalah agar bank sentral menentukan bahwa aset bank komersial harus sepenuhnya didukung oleh bank sentral. Ini adalah skenario radikal di mana perbankan fraksional akan dihilangkan, dan Dysin dan Hodgson [9] mengeksplorasi kemungkinan yang mengarah pada inklusi keuangan yang lebih baik dan pengurangan risiko sistemik. Untuk memastikan bahwa bank komersial dapat mempertahankan relevansinya, bank sentral dapat memperbolehkan bank komersial untuk menyediakan fasilitas kredit dengan meminjam CBDC dari pelanggan lain.
Memikirkan Kembali Keuangan
Implementasi CBDC dapat menjadi kombinasi/gabungan dari kemungkinan di atas. Bagaimanapun, orang dapat membayangkan bahwa perubahan ini memiliki implementasi drastis pada pekonomian dan keuangan. Perbankan seperti yang kita tahu dapat berubah secara fundamental, dengan bank komersial memiliki peran yang lebih kecil. Solusi CBDC dapat membawa keuntungan tertentu. CBDC yang dibangun diatas jaringan blockchain dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Bekerjasama dengan perusahaan FinTech akan meningkatkan persaingan untuk rekening deposito dan pembayaran, yang berarti manfaat yang lebih banyak untuk pelanggan. Karena kepercayaan pada e-money dan stablecoin dapat digoyahkan oleh risiko likuiditas atau default, dengan memungkinkan perusahaan ini bekerjasama dengan bank sentral, akan dapat memperkuat stabilitas dengan terus berinovasi. Gambaran yang lebih besar terhadap semua transaksi di seluruh lembaga keuangan juga akan memberikan data yang lebih valid, memungkinkan pembuat kebijakan untuk menyusun respons yang lebih baik di masa depan [7]. Pada saat krisis ekonomi, arsitektur blockchain dapat juga memungkinkan kebijakan sosial seperti airdrops kepada pihak yang paling terkena dampak [1].
Namun, perubahan infrastruktur perbankan juga dapat menimbulkan masalah yang belum ada penyelesaiannya. Pembuat kebijakan harus berhati-hati agar CBDCs secara terang-terangan tidak merusak bank komersial. Pengurangan kredit pribadi dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan apabila bank panics terjadi [10]. Bank panics dan bank runs dapat menyebabkan dampak negatif seperti tingkat pengangguran yang tinggi. Bheemaiah [1] memperingatkan bahwa, “Jika orang-orang dipindahkan dari pekerjaan, akan mengurangi permintaan agregat, memperburuk ketimpangan pendapatan, dan menambah perbedaan antara tabungan dan investasi, yang pada akhirnya akan menurunkan harga uang pinjaman, atau bunga.” Ketidakstabilan keuangan akan terjadi.
Masa Depan Keuangan Digital
Apapun itu, inovasi harus disambut dengan banyak lembaga keuangan masih terhambat oleh sistem dan praktik dari cara lama. Bank sentral yang tidak beradaptasi dan berimprovisasi akan tertinggal oleh mereka yang dengan aktif dan hati-hati mengejar inovasi. Seperti pernyataan Adrian dan Mancini-Griffoli [8] dari IMF, “bank sentral dan pembuat kebijakan mungkin tidak dapat mengendalikan pertumbuhan monopoli uang elektronik.” Langkah-langkah baru seperti menciptakan CBDC memungkinkan kebijakan moneter untuk terus berkembang, dan pada saat yang sama, mendorong pengembangan yang berkelanjutan di sektor keuangan.
Bankir bank sentral memiliki tugas yang sulit untuk mempelajari CBDC dan memutuskan apakah ini merupakan tindakan terbaik dalam dunia yang semakin digital dan kompleks ini. Kebijakan bank sentral akan memiliki konsekuensi yang cepat dan memiliki jangkauan luas sehingga harus memperhatikan pengurangan potensi risiko terhadap inovasi teknologi, seperti memperburuk pengangguran teknologi. Dengan kemajuan teknologi pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, bank sentral perlu bergerak hati-hati, tetapi cepat.
Terimakasih,
Tim Tokenomy
Footnote
1For an analysis of these three projects, see CEMLA’s “Key Aspects around Central Bank Digital Currencies Policy Report”.
2For a comprehensive read on stablecoins, I suggest Blockchain.com’s “The State of Stablecoins”.
Referensi dan Bahan Bacaan
[1] Bheemaiah, K. (2017). The blockchain alternative: rethinking macroeconomic policy and economic theory. Apress.
[2] Stern, G. H., & Feldman, R. J. (2004). Too big to fail: The hazards of bank bailouts. Brookings Institution Press.
[3] Greeley, B. (2019, August 25). Central bankers rethink everything at Jackson Hole. Retrieved from https://www.ft.com/content/360028ba-c702-11e9-af46-b09e8bfe60c0
[4] Barontini, C., & Holden, H. (2019). Proceeding with Caution-A Survey on Central Bank Digital Currency. BIS Paper, (101).
[5] CBDC WG. (2019). Key Aspects around Central Bank Digital Currencies Policy Report. Center For Latin American Monetary Studies.
[6] Castillo, M. del. (2019, August 28). Alibaba, Tencent, Five Others To Receive First Chinese Government Cryptocurrency. Retrieved from https://www.forbes.com/sites/michaeldelcastillo/2019/08/27/alibaba-tencent-five-others-to-recieve-first-chinese-government-cryptocurrency/#2a599fe41a51
[7] Barrdear, J., & Kumhof, M. (2016). The macroeconomics of central bank issued digital currencies.
[8] Adrian, T., & Mancini-Griffoli, T. (2019). The Rise of Digital Money. FINTECH NOTES. International Monetary Fund.
[9] Dyson, B., & Hodgson, G. (2016). Digital Cash: why central banks should start issuing Electronic Money. Positive money.
[10] Kim, Y. S., & Kwon, O. (2019). Central Bank Digital Currency and Financial Stability. Bank of Korea WP, 6.
Ikuti social media dan website kami untuk mengetahui update terbaru!
Tokenomy Website | Tokenomy Telegram |Tokenomy Twitter |Tokenomy Facebook |Tokenomy Instagram
Ayo bergabung ke dalam Forum Diskusi Grup!
Tokenomy Telegram Group English, Bahasa Indonesia & 中文 | Tokenomy Reddit
PERINGATAN: Tokenomy tidak menyediakan saran atau nasihat mengenai investasi, finansial, akunting, valuasi, pajak dan legal. Setiap keputusan untuk membeli, menjual atau memperdagangkan Aset Digital apapun dalam menggunakan layanan ini dibuat sepenuhnya oleh Anda, dan Anda bertanggung atas seluruh keputusan tersebut.